Teruntuk, Diriku

Teruntuk, Diriku
Oleh: Adiana

     Pagi ini, kau terbangun dengan tidak begitu bersemangat. Apakah semalam kau sudah cukup tidur? Semalam, aku melihatmu tertidur setelah matamu penat melihat layar biru di hadapanmu. Saat bangun pun, tanganmu segera meraba-raba kembali meraih benda berlayar itu. Matamu kembali terbelalak. Pikiranmu mungkin sudah melayang pada banyak hal. Kehidupan seolah memaksamu tetap terkoneksi dengan dunia. Layar-layar itu mungkin telah menjadi "sobat"-mu sekarang. Kadang kau begitu serius dengannya, kadang tertawa girang bersamanya, kadang hanya termenung, sambil terus menggulirkan ujung-ujung jarimu. Seolah ia tahu kebutuhanmu yang paling dalam. Benarkah? Jika kau begitu erat dengan sobatmu itu, lantas mengapa, kau sering bangun dengan kondisi yang tak terlalu bugar? Bukankah ia sudah menghiburmu seharian? Tidakkah ia melegakanmu? Pernah suatu kali, kau tak sengaja meninggalkannya di atas meja kerjamu. Kau tampak kalut dan merasa 'tak aman' pergi sendirian. Kau pulang ke rumah dan segera mencari sobat-mu itu. Memastikan bahwa semua baik-baik saja.

Aku melihat, kau merasa lebih tenang bersamanya untuk sementara waktu. Namun, kau tidak benar-benar puas dengan sisa-sisa waktumu. Seolah jiwamu selalu meronta: bagaimana jika aku ketinggalan?

Diriku, mengapa kamu khawatir dan memusingkan diri dengan banyak hal?" (Lukas 10:41 AYT) Begitu kata Yesus kepada Marta saat ia kerepotan sendiri mempersiapkan jamuan untuk Sang Guru yang datang ke rumahnya. Bukankah Marta telah rela mengorbankan waktu yang paling berharga untuk bisa dekat dengan Yesus? Sungguhkah Marta mengasihi Dia, Tuhannya? Perkataan Sang Guru menjelaskan bahwa, "Hanya satu hal yang penting. Maria sudah memilih bagian yang lebih baik, dan bagiannya itu tidak akan pernah diambil darinya.” (Lukas 10:42 AYT) Apakah itu? Dekat dengan-Nya dan mendengarkan Dia. Persis seperti yang Maria pilih.
Diriku, jika kau mau merasa lega dan puas dengan hidupmu, pilihlah pilihan terbaik itu. Jujur saja, 'sobat'-mu itu tidak akan pernah dapat memuaskanmu dan menjawab kebutuhan terdalam-mu. Kadang kau merasa ia dapat menjawab semua pertanyaan hidupmu dan memberimu ketenangan. Kau akan semakin tenggelam ke dalam pusaran-pusaran yang kadang membuatmu juga tidak sabar. Semakin dalam kau bergulir dengannya, semakin haus jiwamu. Sebab, hanya Satu saja yang dapat memuaskan dahagamu selama ini. Bagian yang Terbaik, yang tidak akan diambil dari padamu, yaitu perjumpaanmu dengan Dia setiap hari.
Sobat-mu yang sesungguhnya telah menanggung beban terbesar dalam hidupmu. Tidak ada yang lebih melegakan selain menerima-Nya dan menyadari bahwa kebutuhan terdalam kita bukanlah menguasai segala sesuatu, tetapi mengetahui bahwa kita tidak berdaya, tetapi tetap dikasihi. Jadi, mana yang kau pilih? Terkoneksi dengan dunia atau terkoneksi dengan Dia? Lepaskanlah genggaman itu, dan raihlah genggaman-Nya.
Dalam kasih,
Jiwa yang mau terus berakar, bertumbuh, dan berbuah.

Share