Diam atau Bangkit

Diam atau Bangkit
Oleh: Darwis Lodowich Laana

     Kesehatan adalah hal yang sangat penting bagi sekian banyak orang, ditambah lagi keadaan yang terjadi saat ini di mana pandemi Covid-19 menjadi masalah serius bagi setiap orang. Secara global covid-19 menjadi wabah  pandemi yang memiliki dampak yang sangat besar pada kesehatan masyarakat dan juga pada kesehatan mental. Banyak orang berolahraga, makan makanan yang bergizi demi untuk menjaga kebugaran tumbuhnya agar tetap sehat. Tentu saja kesehatan jasmani adalah hal yang sangat penting dan sangat diperhatikan semenjak adanya pandemi ini, karena dengan tubuh yang kuat mampu meningkatkan imun sehingga dapat terhindar dari virus dan penyakit lainnya. 

     Pandemi ini juga seakan membuat aktivitas kita semakin sempit dan banyak perubahan yang terjadi, baik dari dunia pendidikan, perekonomian, kebudayaan dan lain sebagainya, banyak orang kehilangan pekerjaan yang seakan bukan menyerang pada fisik saja tetapi juga mental, bahkan tidak bisa dipungkiri bahwa kerohanian kita pun merasakan dampaknya. Kita yang sudah sering beribadah berkumpul bersama di Gereja, di persekutuan doa harus menahan diri untuk itu semua, tetapi bersyukurnya dengan adanya teknologi yang semakin canggih kita masih tetap beribadah meskipun secara online. Kesehatan jasmani yang baik memanglah penting tetapi akan sangat penting bila dilengkapi dengan kesehatan rohani, karena tanpa kesehatan rohani maka itu akan tidak seimbang dan tidak akan baik-baik saja. Sebab itu sehat tidak hanya bergantung pada pola hidup saja tetapi tergantung pada kesehatan rohani kita.

     Saya sebagai mahasiswa yang merantau pun sangat dikuatirkan sama orang  tua dan keluarga, bagaimana keadaanmu di sana? Kamu baik-baik saja kan? Jangan sering keluar-keluar ya kalau tidak penting? tetap berdoa dan andalkan Tuhan. Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang selalu ditanyakan mereka kepada saya. Bersyukurnya masih ada semangat, motivasi dan doa yang selalu keluar dari mulut mereka untuk menasihati saya sebagai mahasiswa tingkat akhir di tanah rantau.

     Semenjak adanya pandemi timbul pula rasa malas dan bosan dalam diri saya, sebagai anak yang suka keluar berpergian harus berusaha menahan diri, ya cukup menjadi hal yang sangat sulit menjalani hari-hari itu. Kebiasaan berubah total dengan hanya tidur-tiduran dan berhadapan dengan laptop, uang kiriman yang semakin berkurang bahkan sulit semakin menambah beban pikiran. Sifat malas ini akhirnya merambat juga sampai ke kerohanian pribadi, jadi malas mengikuti ibadah online, malas mengikuti ibadah pemuda secara online, sampai pada kegiatan-kegiatan rohani lainnya pun jadi malas untuk mengikuti semua itu. Alhasil dari itu semua membuat kerohanian semakin mati, tidak ada semangat dalam mengikut setiap kegiatan rohani, merasakan bagaimana fisik yang malas ini pun bisa membuat mati rohani, semakin tertekan ditambah biaya hidup dan uang kost yang selalu sering telat untuk dibayar seakan-akan menimbulkan pemikiran yang sangat bertentangan dengan Firman Tuhan, bukan hanya fisik tapi mental saya pun ikut terganggu karena merasa terkung dan dihimpit oleh waktu yang seakan-akan tidak berarti. Akhirnya merasa itu semua tidak baik-baik saja, saya menanamkan dalam diri untuk harus merubah itu semua, harus kembali produktif dalam memanfaatkan waktu, terutama kerohanian.

Saya mulai memaksakan diri untuk mengikuti ibadah online dan melawan rasa malas itu, harus punya waktu bersama Tuhan. Dengan kembali membangun waktu bersama Tuhan dan teman-teman di lingkungan sekitar kembali membuat diri semangat, termotivasi, dan mulai merasakan sesuatu yang berbedah secara khusus dalam bidang kerohanian. Mencoba juga memberanikan diri keluar untuk berefresing, santai sejenak dan tetap mengerjakan tugas akhir sebagai seorang mahasiswa. Karena di masa pandemi ini kekuatan dan suka cita merupakan hal yang sangatlah penting bagi saya, itu mampu untuk mengubah mood saya, mampu mengubah cara berpikir saya dan memang benar itu hanya bisa saya dapatkan di dalam Kristus, karena Dia adalah sumber sukacita. 

     Kesehatan rohani memungkinkan kita untuk tetap selaras dengan diri kita sendiri, kita dapat membangun kembali kebugaran rohani kita dengan keyakinan, etika, moral dan perilaku kita. Kerohanian yang bugar dan sehat mampu menolong kita dalam mengambil keputusan, memberi kita ketahanan untuk bertahan dalam setiap keadaan dengan hikmat yang benar dan memiliki kedamaian batin bahakan dapat membantu kita untuk sembuh dari kondisi fisik ataupun mental. Kebugaran rohani akan membawa kita kepada hal-hal yang positif, tetap suka cita, dan damai sejahtera. Rasul Paulus mengatakan dalam 1 Timotius 4:8 bahwa Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun yang akan datang. Dari ayat ini pun sangat jelas bahwa latihan badani (kebugaran jasmani kita) itu terbatas gunanya yang terpenting adalah ibadah kita yang artinya hubungan kita dengan Tuhan yang sudah pasti mengandung janji bukan untuk saat ini tapi sampai selamanya. Janji Tuhan pada ayat ini pula lah yang membuat saya sadar bahwa kerohanian kita perlu dijaga dan dipelihara yaitu melalui ibadah dan doa. 

     Dalam Alkitab banyak sekali pengajaran bagi kita untuk menjaga kesehatan rohani kita yang paling familiar adalah sembilan buah roh itu adalah makanan sehat yang perlu kita konsumsi untuk menjaga kebugaran rohani kita dan masih banyak lagi. Jadi dengan kerohanian yang bugar akan mendatangkan hal-hal baik yang kita pikirkan, pola pikir yang benar, gaya hidup yang baik karena semua hikmat kita benar-benar berdasarkan tuntunan Allah. Dunia ini semakin maju dan berkembang tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya, maka perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi hari-hari kedepannya. Dengan memelihara hubungan kita dengan Tuhan melalui doa, ibadah dan merenungkan kebenaran Firman Tuhan akan mengarahkan kita berpusat pada Kristus sehingga dapat membantu kita untuk mengambil langkah-langkah menuju kesehatan rohani, kita tidak akan pernah menyesal ketika kita meluangkan waktu dengan Tuhan. Karena Dia berjanji penyertaan-Nya tidak pernah pudar Yesus Kristus adalah Imanuel itu adalah janji yang saya pegang dan tanamkan di dalam diri saya bahwa dalam keadaan apa pun kondisi seperti apa pun tetap Tuhan selalu menyertai.

     Hubungan dengan Tuhan menjadi bagian penting dalam menjaga kebugaran rohani kita, juga disertai dengan membangun relasi yang baik dengan keluarga, teman-teman dan orang-orang di sekitar kita, saling memberi motivasi dan menolong, dengan begitu bukan saja rohani kita tetap segar tetapi kita juga bisa menularkan semangat buat orang lain dan bisa menjadi berkat bagi mereka. Dari pengalaman ini saya memberikan suatu kesimpulan bahwa ketika kerohania kita mulai memudar karena mengalami tekanan-tekanan dari luar atau pun dalam diri sendiri yang perlu kita lakukan untuk menyembuhkan itu semua adalah bukan hanya diam saja, tetapi memaksakan diri untuk membangun kembali hubungan dengan Tuhan, kembali mengikuti kegiatan-kegiatan positif meskipun itu online dan tetap menjaga relasi yang baik dengan orang tua mau pun orang di sekitar kita.

#SABDA27 #SpiritualWellness #unHACK
 

Share